Mengedit kata-kata klise
Mengedit kata-kata klise
Langkah ini bertalian dengan pemahaman kita terhadap diksi. Namun, sejatinya langkah ini bertujuan membuang (mengganti) kata-kata yang kerap digunakan orang, kata-kata yang maknanya sudah pudar akibat sering digunakan secara berlebihan. Atau, kata-kata yang sudah kehilangan roh atau tuahnya, karena pembaca sudah bosan mendengarnya. Pada masa Orde Baru, sebagai contoh, setidaknya kita pernah merasa mual mendengar muatan politis terhadap kata-kata ”Pancasila” (demokrasi Pancasila, ekonomi Pancasila, atau perburuhan Pancasila), ”tinggal landas", "link and match”, "konglomerat", ”mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga”, atau ”persatuan dan kesatuan bangsa". Khusus contoh terakhir, kedua kata ini sering kali dikacaukan maknanya. Kata ”persatuan”, berasal dari ”bersatu", bermakna "menjadi satu” (dalam arti tetap memiliki kepribadiannya masing-masing). Sementara itu, kata ”kesatuan” bermakna "lebur menjadi satu" (tidak terlihat lagi unsur kepribadiannya masing-masing). Belakangan ini kita juga mesti berhati-hati, khususnya dalam menggunakan kata-kata ”globalisasi", ”demokrasi", ”reformasi”, ”otonomi", "penegakan hukum”, ”melanggar HAM", atau "KKN". Pilihlah padanannya, misalnya ”kesejagatan” atau "mondialisasi" untuk "globalisasi".
Oleh : Wahyu Wibowo
Dalam bukunya MENJADI PENULIS & PENYUNTING SUKSES Langkah Jitu Merangkai Kata Agar Komunikatif, Hidup, dan Memikat.
Dalam bukunya MENJADI PENULIS & PENYUNTING SUKSES Langkah Jitu Merangkai Kata Agar Komunikatif, Hidup, dan Memikat.

makasi, sangat membantu...
BalasHapus